Seni Kuda Renggong: Masihkah Eksis Sampai Sekarang?? - DESA RANJENG

Sumedang, menjadi kabupaten/kota yang lekat dengan julukan “Puseur Budaya Sunda” dan kaya akan kesenian yang salah satunya adalah kesenian Kuda Renggong. Berangkat dari Sejarah yang muncul di Sumedang pada tahun 1910-an hingga sampai saat ini yang keberadaannya masih cukup eksis dan terkenal. Kesenian Kuda Renggong menyebar ke seluruh penjuru Sumedang termasuk di salahsatu Desa di Kecamatan Cisitu, yaitu Desa Ranjeng. Di Desa Ranjeng kesenian Kuda Renggong masih terkenal dan eksis sampai saat ini. Terbukti dengan adanya Lingkung Seni Kuda Renggong Arjabumi Group pimpinan A Agzi yang berada didalam asuhan Irfan Firmansyah, yang berlokasi di Dusun Ranjeng. Sebagai penggiat seni, A Agzi sudah memiliki ketertarikan sedari kecil pada Kuda Renggong. Tak hanya sekedar tertarik, ia mengatakan bahwa dirinya ingin menjiwai seni Kuda Renggong hingga ia menjadi pimpinan seperti saat ini. “kapungkur sakola SD, nya abdi sok seeur lah murangkalih nu raresep kuda sok naruturkeun pami aya iring-iringan teh. Tah, abdi nya sakedikna sok hoyong ngingiring kuda. Ari nu sanes mah panginten resep teh ukur resep hungkul, mung abdimah resep teh hoyong ngajiwaan.” Meskipun Kuda Renggong memiliki tempat yang istimewa dalam kebudayaan Sumedang khususnya Desa Ranjeng, tetapi eksistensinya saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan. Seperti halnya A Agzi, ia mengaku banyak tantangan yang dihadapi salahsatunya tantangan dalam memasarkan dan mempromosikan grup kuda miliknya. Karena saat ini kesenian Kuda Renggong sering di jadikan hiburan arak-arakan anak khitan, perayaan hari besar, dan pengisi acara dalam festival bahkan seringkali mengadakan ngamen. Tingginya persaingan pasar namun permintaan manggung yang minim menjadi kendala yang tak terelakkan. “Seeur lah saingan. Mung abdi mah nya ngapromosikeun na lewat lingkungan sareng pergaulan, nya seeur nu nanggap” Lanjut ia menambahkan bahwa ia tidak menolak jika memang mendapatkan panggilan manggung dari warga lokal maupun instansi pemerintah seperti Desa untuk Hajat Lembur. Ia menganggap bahwa itu bentuk dari sebuah pengabdian kepada masyarakat. Masih di lokasi yang sama ia juga mengatakan bahwa seringkali muncul stigma negatif yang berkaitan dengan Kuda Renggong, “seeur nu nganggap berbau-bau mistis lah.. leres ceuk sepuh, tinu seni teh jahat. “ Meskipun demikian, ia berharap agar Kuda Renggong ini dapat memberi kebermanfaatan bagi penikmat seni juga masyarakat untuk memperkuat identitas budaya suatu daerah. Kesenian ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi untuk menciptakan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap warisan budayanya. Salahsatunya dengan mengajak dan memberi pendidikan kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya sebagai Langkah dalam memastikan kelangsungan eksistensi Kuda Renggong. “Alhamdulillah, nya aya wae anu minat. Tapi ayeunamah ku ayana medsos teh nuju kirang sae. Matak abdi, kumaha carana hoyong ngahirupan barudak. Tah abdi ngagiringkeun acara samodel kamari kitu (ngamen). Janten dari segi semangatna teh tos karirang sapertos ku media sosial. Nya jamanna panginten.” Lanjut, ia memberikan pesan kepada generasi muda agar terus menghidupkan budaya yang sudah menjadi tanggung jawabnya yaitu Kuda Renggong agar terus di lestarikan. “Intina mah, tong sampe pareum lah. Da ieu mah kabudayaan ti jaman kapungkur, seni sunda, Kuda Renggong Sumedang. Hayu urang gebreg deui supaya rame deui, meh lancar kanggo sarerea.” Globalisasi, perubahan gaya hidup, dan modernisasi disuatu daerah khususnya Desa Ranjeng tentu dapat mengancam eksistensi kesenian ini. Oleh karena itu, perlindungan dan pelestarian Kuda Renggong perlu menjadi fokus untuk memastikan bahwa seni pertunjukan ini tetap eksis dan berkembang, karena Kuda Renggong bukan sekedar pertunjukan, tetapi juga simbol kekayaan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai suatu kebanggaan yang melegenda bagi masyarakat Sumedang. Ditulis oleh, Rasya Risyafa Putri Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UNSAP Sumedang